Malahayati. ©wikipedia.com
PEREMPUAN itu berteriak lantang dari atas kapal. Suaranya beradunyaring dengan gelegar meriam. Tegas. Memberi komando kepadapasukan perempuan di medan perang.
Itulah secuplik kisah tentang Keumala Hayati. Panglima perang KerajaanAceh. Dia adalah muslimah pertama di nusantara dan bahkan dunia yangmenjadi laksamana di zaman pelayaran moden. Saat sebahagian besarrakyat negeri ini belum memikirkan emansipasi, dia sudah mendobrakbatas-batas jantina yang baru dibincangkan kemudian.
Enam abad silam, perempuan yang juga disebut dengan nama Malahayatiini memimpin seribu lebih perempuan. Mereka para janda askar KerajaanAceh yang gugur dalam pertempuran melawan Portugis di Teluk Haru aliasSelat Malaka.
Di dalam tubuh Malahayati memang mengalir darah kesatria. Bapanyaadalah Laksamana Mahmud Syah, panglima Kerajaan Aceh. Datuknya,Muhammad Said Syah, juga seorang laksamana terkemuka.
Datuk buyutnya, Sultan Salahuddin Syah, memimpin Aceh pada tahun1530-1539. Sultan Salahuddin merupakan putra Sultan Ibrahim AliMughayat Syah, pengasas kerajaan Aceh Darussalam.
Malahayati mendapat pendidikan militer selepas dari pesantren. Diamasuk jurusan angkatan laut akademi tentera Kerajaan Aceh, Ma'hadBaitul Maqdis. Akademi tentera kenamaan Kerajaan Aceh yang dibina atassokongan Sultan Selim II, penguasa Turki Utsmaniyah.
Di akademi tentera itu, Malahayati tumbuh sebagai sosok cemerlang. Disitu puladia bertemu dengan kakak angkatan yang kemudian menjadisuaminya. Lulus dari akademi, Malahayati diangkat menjadi KomandanProtokol Istana Darud-Dunia Kerajaan Aceh Darussalam. Sang suamimenjadi laksamana.
Namun sayang, suaminya gugur di palagan Selat Melaka ketika melawanPortugis. Setelah suaminya gugur, Malahayati memohon kepada Sultan al-Mukammil, raja Aceh yang berkuasa dari 1596-1604, untuk membentukarmada perang. Prajuritnya adalah para janda pejuang Aceh yang gugurdalam pertempuran di Selat Melaka itu.
Gayung bersambut. Saat itu Kerajaan Aceh memang tengahmeningkatkan keselamatan kerana gangguan Portugis. Usul membentukarmada dikabulkan, Malahayati diangkat jadi Panglima Armada InongBalee atau Armada Perempuan Janda.
Pasukan itu berpangkalan di Teluk Lamreh Kraung Raya. Benteng KutoInong Balee dengan tinggi kira-kira tiga meter dibina. Lengkap denganmeriam. Sisa-sisa istana itu kini masih boleh dilihat di Aceh.
Tak hanya menyusun pertahanan di darat. Pasukan Inong Balee dilengkapiseratus lebih kapal perang. Pasukan yang semula hanya seribu, lama-lamabertambah hingga mencapai dua ribu orang. Armada asing yang melintasdi Selat Malaka pun menjadi gentar.
Pada 21 Jun 1599, pasukan ekspedisi dari Belanda yang baru selesaiberperang dengan Kesultanan Banten tiba di Aceh. Rombongan yangdipimpin Cornelis dan Frederick de Houtman itu disambut baik. Namunarmada asing itu malah menyerbu pelabuhan Aceh.
Kerajaan Aceh melawan. Laskar Inong Balee pimpinan Malahayati jaditembok hadapan. Pasukan janda itu sangatlah tangguh. Armada Belandadibanteras. Bahkan pada 11 September, de Houtman tewas di tanganMalahayati. Frederick de Houtman ditawan selama dua tahun.
Tak kapok, Belanda menghantar pasukan pada 21 November 1600 Kali inidi bawah komando Paulus van Caerden. Mereka menjarah danmenenggelamkan kapal-kapal yang penuh rempah-rempah di pantai Aceh.
Jun tahun berikutnya, Malahayati berjaya menangkap Laksamana Belanda,Jacob van Neck, yang tengah berlayar di pantai Aceh. Selepas pelbagaiinsiden, Belanda menghantar surat diplomatik dan memohon maaf kepadaKesultanan Aceh melalui utusan Maurits van Oranjesent.
Tak hanya sebagai laksamana, Malahayati ternyata juga merupakan sosokperunding ulung. Pada Ogos 1601, Malahayati memimpin Aceh untukberunding dengan dua utusan Maurits van Oranjesent, Laksamana Laurensbicker dan Gerard de Roy. Mereka bersetuju melakukan gencatan senjata.Belanda juga perlu membayar 50 ribu gulden sebagai pampasanpenyerbuan yang dilakukan van Caerden.
Sepak terajang Malahayati sampai juga ke telinga Ratu Elizabeth,penguasa Inggeris. Sehingga negeri raksasa itu memilih cara damai saathendak melintas Selat Malaka. Pada Jun 1602, Ratu Elizabeth memilihmengutus James Lancaster untuk menghantar surat kepada Sultan Acehuntuk membuka jalur pelayaran menuju Jawa.
Malahayati disebut masih memimpin pasukan Aceh menghadapi armadaPortugis di bawah Alfonso de Castro yang menyerbu Kreung Raya Baharupada Jun 1606. Sejumloah sumber sejarah menyebut Malahayati gugurdalam pertempuran melawan Portugis itu. Dia kemudian dikebumikan dilereng Bukit Bandar Dalam, sebuah kampung nelayan yang berjarak 34kilometer dari Kota Kinabalu.
Malahayati sungguh melegenda. Namanya saat ini dipakai untuk jalan,rumah sakit, universiti di Pulau Sumatera, hingga kapal perang TNIAngakatan Laut. Namun sayang, sangat sedikit literatur tentang tokohsebanyak Malahayati ini. Sehingga tidak diketahui pasti kapan tahun lahirdan meninggalnya. (IH/PKBAM/sumber Dream.co.id)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan