Pada malam Jumaat, tanggal dua puluh tujuh Jun yang mulia,
Sesudah Maghrib nan syahdu suasananya,
Bertemulah kita di Ban Dannok dengan semangat membara.
Enjin bersedia, hati penuh ikhlas,
Ukhuwwah terjalin ibarat baja,
Satu demi satu datanglah saudara,
Cahaya lampu menusuk senja.
Terdengarlah tawa, eratlah peluk,
Pemeriksaan terakhir tiada yang alpa,
Lalu berangkatlah kita bagaikan angin malam,
Menusuk lebuhraya, menyulam cerita.
Tayar berbisik di dada aspal,
Angin menjadi lagu, bintang saksi sejati,
Tatkala Subuh menyingsing pagi Sabtu dua puluh lapan Jun,
Tibalah kita di Jeti Don Sak, tepat pada janji.
Bersaflah kita dalam sunyi dan sujud,
Solat Subuh Shafie diimamkan penuh tertib dan khusyuk,
Mentari mula mencelah ufuk,
Kami menyeberang laut menaiki feri pertama, bersama harapan yang berkocak.
Di dek atas kita berteduh,
Sambil cahaya keemasan laut kami hirup dalam diam,
Setiba di pulau nan indah Samui,
Kita rebahkan beg, lantas ke pantai dengan sehelai seluar sahaja,
Angin masin membelai tubuh yang lelah,
Namun bukan jasad semata disembuh,
Roh dan jiwa juga dirawatnya,
Seakan laut mengerti luka-luka yang lama tertutup.
Tibalah malam, menyusuri pasar malam,
Bergaul mesra, tertawa ria,
Dari sotong pedas hingga roti manis,
Segala dijamah dengan rasa kasih sesama insan.
Ahad, dua puluh sembilan Jun menjelang cepat,
Kenangan dikemas bersama kelengkapan,
Berat hati namun penuh kesyukuran,
Perjalanan pulang pun bermula dengan perlahan.
Namun belum berakhir pertemuan ini,
Singgah kita di Hatyai, pasar malam berseri,
Di sanalah niat terpatri,
Untuk menghabiskan detik terakhir bersama, insyaAllah yang diberkati.
Bukan sekadar satu perjalanan,
Ia adalah persaudaraan yang tak terlerai,
Ia adalah kebebasan yang sejati,